MENUJU
PERKAWINAN
Pencarian
Jodoh
Dalam hal pencarian jodoh, umumnya masih dikuasai pihak
lelaki. Biasanya seorang lelaki memilih calon hidup didasarkan pada hal-hal
yang bersifat lahiriah jasmaniah, seperti keindahan bentuk tubuh, kecantikan
dan lain sebagainya.
Pada tahapan pencari jodoh, lelaki memulainya dengan
berkenalan terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pendekatan. Proses
perkenalan ini biasanya terjadi pada waktu eanita yang menjadi tetangga
dekatnya, kanalan dari sahabatnya, teman studi, teman perjuangan dalam
organisasi, teman sekerja dan lain sebagainya. Hal ini biasanya terjadi di
kota-kota besar yang sarat dengan kebebasan pergaulan.
Memilih istri, secara sepintas, kelihatannya pekerjaan
mudah, apabila dalam prncarian hanya dengan pertimbangan untuk menyalurkan seks
semata. Tetapi bila dipikir secara mendalam dengan mengikutkan berbagai
pertimbangan, maka akan kelihatan bahwa mencari istri itu bukanlah pekerjaan
yang mudah dilakukan. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bazzar dan Ibnu
Hibban bisa dipakai acuan (landasan) :
Artinya
: “maka
hendaklah kamu memilih istri yang beragama (islam) dan berbudi pekerti (yang
baik), agar kedua tanganmu (dirimu) selamat.
Peringatan Rasulullah Saw. Di atas dimaksudkan agar dalam
perkawinan tidak hanya mencari kepentingan-keprntingan yang bersifat fisik
semata, tetapi terlebih dahulu memperhatikan persyaratan “keagamaannya”.
Lantaran dengan pengatahuan agamanya ia dapat menbimbing akal dan
jiwanya,berlaku sabar, dan menyadari tugas dan kewajiban sebagai suami istri.
Kesadaran ini akan menumbuhkan tenggung jawab untuk menjaga dirinya dari
rayuwan dan gangguan orang lain. Sesudah itu tidak salah memperhatikan hal-hal
yang bersifat dunia, yang memang secara fitrah disukai oleh setiap manusia.
Rasulullah Saw. Bersabda :
Artinya
: “wanita
itu dikawin karena empat perkara, yaitu: hartanya, keturunannya, cantiknya dan
agamanya. Tetapi pilihlah yang beragama islam agar kedua tanganmu (dirimu)
selamat. (HR. bukhari dan Muslim)
Dalam ajaran
agama Islam, seorang lelaki dan perempuan tidak disalahkan (boleh) bila memilih
pasangan dengan memperhatikan unsur kekayaan, kebengsawanan, kecantikan ddan
kebutuhan biologis, tetapi Islam sangat menganjurkan untuk menjatuhkan
pilihannya kepada perempuan yang beragama. Sebab kekayaan, kecantikan dan
keturunan tidak bisa dijadikan dasar untuk membentuk wanta yang salehah.
Rasulullah Saw. Menegaskan dengan hadis ini:
Artinya
: “sesungguhnya perempuan itu dikawin karena agamanya, hartanya, dan
kecantikannya, maka pilihlah yang beragama.”(HR. Muslim dan Tirmizi)
Tetapi amatlah
langka syarat-syarat diatas dimiliki oleh seorang wanita. Adakalanya wanita
kaya raya, tetapi perasnya tidak menarik (cantic ) dan sebaliknya. Secara
demikinan, lelaki Cuma memikai, lelaki Cuma memilih sebagian dari
syariat-syariat di atas.
Perkawinan berdasarkan pada penilaian kekayaan tidak bisa
dijadikan alasan untuk membangun rumah tangga yang bahagia, kalua toh bisa,
hanyalah sementara. Pada masa perkawinan memang kebahagiaan yang didambakan itu
dapat dirasakan. Tetapi kenyataan hidup pun memberi pelajaran bagaimana
sekiranya kekayaan ini menyusut? Di sinilah awal persengketaan terjadi,
terutama jika tidak adanya keseimbangan antara kekayaan seuami dan istri.
Penyesalan akan bermunculan dan terkadang disertai caci maki. Demikian ini
sebenarnya sudah dijelaskan dalam hadis Nabi Saw.
Artinya : “
barang siapa kawin dengan wanita. Karena hartanya, maka Allah akan
menjadikannya fakir. Barangsiapa yang kawin dengan wanita karena keturunannya,
maka Allah akan menghinakannya, tetapi barangsiapa yang kawin dengan perempuan
agar lebih bisa mendudukkan pndangan, membentengi nafsunya atau untuk
menyambung tali persaudaraan, maka Allah akan memberikan barokah kepadanya
dengan wanita itu dan kepada wanitanya diberikan barokah karenanya.” (HR. Ibnu Hibban)
jika perkawinan
hanya didasarkan karena kecantikan istri, maka kecantikan itupun tidak abadi,
bahkan bisa menjadi sumber fitnah. Tidak jarang dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari, wanita-wanita cantic yang telah bersuami, ternyata di belakan
suaminya berbuat serong lantaran banyaknya godaan dari lelaki hidung belang
yang suka usil. Bujuk rayu yang sering menggelitik telinganya, karena wanita
sifatnya lemah, bisa merambat pada perbuatan mesum dan penyelewengan. Kalua
demikian yang terjadi dalam sebuah rumah tangga, dapatkah seorang suami
bahagia?
Nabi Saw. Bersabda
:
Artinya
: “jauhilah
olehmu si cantic yang beracun!’ lalu seorang sahabat bertanyan: ‘Wahai
Rasulullah. Siapa cantic yang beracun itu?’ Rasulullah Saw. Bersabda:
‘perempuan yang cantic, tatapi dalam lingkungan yang jahat.’ “ (HR. Daruquthni)
Islam (dengan
syariatnya) menganjurkan agar dalam pencarian jodoh tidak mempertimbangkan
kecantikan semata, tetapi aspe salehah hendaklah dijadikan ukuran. Salehah
dalam arti mematuhi agama dengan baik, bersikap luhur, memperhatikan hak-hak
suaminya dan memelihara anak-anaknya dengan baik. Sifat seperti inilah yang
seharusnya diperhatikan oleh laki-laki.
Hadis Nabi Saw.
Artinya:
“wanita
yang terbaik adalah bila kamu melihat ia menyanangkanmu, bila kamu perintah
mematuhimu, bila kamu berjanji diterimanya dengan baik, daan bila kamu pergi ia
(bisa) memelihara dirinya dan hartamu. “
(HR. Nasai dan Lainnya)
islam juga
menganjurkan memilih calon istri yang masih gadis. Sebab gadis itu umumnya
masih segar, sehinggan kelak menjadi istri akan lebih bisa memperkokoh
perkawinan.
Hadis Nabi Saw.
Artinya:
“ ketika
Jabir bin Abdullah akan kawin dengan seorang janda, Rasulullah Saw. Bersabda
kepadanya: ‘Alangkah baiknya seorang gadis saja. Engkau dapat bergurau denganya
dan iapun dapat bergurau denganmu.
Memilih calonn istri yang baik menjadi idaman bagi setiap
lelaki. Sebab pemilihan itu termasuk dasar kesukaan hidup suami istri. Di
samping itu, istri adalah teman sejawat laki-laki, yang akan melahirkan
anal-anak. Anak-anak yang baik akan dapat menyenangkan nama keluarga.
Sebaliknya, anak-anak yang jelek akan menjadi “sampah masyarakat.”
Rasulullah Saw. Bersabda
Artinya
: “pilihlah
oleh kalian untuk sperma-sperma kalian, kalian, karena sesungguhnya para wanita
itu akan melahirkan anak-anak yang menyerupai saudara lelaki saudara perempuan
mereka.”
(HR. Ibnu ‘Ady dan
Ibnu Asakir dari Aisyah)
Hadis
di atas memberi petunjuk bahwa sifat-sifat orang tua, terutama istri, akan menurun
kepada anak-anaknya. Istri itu ibarat tempat persemaian. Persemaian yang jelek
dan tandus akan berakibat jelek, meski dari biji (suami pilihan). Akan tetapi
tempat persamaian yang baik akan tumbuk tanaman (anak) yang baik pula.
Rasulullah Saw. Memberikan petunjuk kepada umatnya agar sedapat mungkin
menghindari diri dari wanita-wanita yang berbudi rendah.
Demikian petunjjuk syariat Islam dalam memilih calon
ostri. Karena istri tidak hanya sebagai penumpahan sperma-sperma saja, tetapi
lebih jauh merupakan tempat menabur benih untuk memperoleh hasil yang baik.
0 komentar:
Post a Comment