;

Saturday, 9 April 2016

Menuju Pernikahan

MENUJU PERKAWINAN
Pencarian Jodoh
            Dalam hal pencarian jodoh, umumnya masih dikuasai pihak lelaki. Biasanya seorang lelaki memilih calon hidup didasarkan pada hal-hal yang bersifat lahiriah jasmaniah, seperti keindahan bentuk tubuh, kecantikan dan lain sebagainya.
            Pada tahapan pencari jodoh, lelaki memulainya dengan berkenalan terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pendekatan. Proses perkenalan ini biasanya terjadi pada waktu eanita yang menjadi tetangga dekatnya, kanalan dari sahabatnya, teman studi, teman perjuangan dalam organisasi, teman sekerja dan lain sebagainya. Hal ini biasanya terjadi di kota-kota besar yang sarat dengan kebebasan pergaulan.
            Memilih istri, secara sepintas, kelihatannya pekerjaan mudah, apabila dalam prncarian hanya dengan pertimbangan untuk menyalurkan seks semata. Tetapi bila dipikir secara mendalam dengan mengikutkan berbagai pertimbangan, maka akan kelihatan bahwa mencari istri itu bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bazzar dan Ibnu Hibban bisa dipakai acuan (landasan) :
Artinya : “maka hendaklah kamu memilih istri yang beragama (islam) dan berbudi pekerti (yang baik), agar kedua tanganmu (dirimu) selamat.
            Peringatan Rasulullah Saw. Di atas dimaksudkan agar dalam perkawinan tidak hanya mencari kepentingan-keprntingan yang bersifat fisik semata, tetapi terlebih dahulu memperhatikan persyaratan “keagamaannya”. Lantaran dengan pengatahuan agamanya ia dapat menbimbing akal dan jiwanya,berlaku sabar, dan menyadari tugas dan kewajiban sebagai suami istri. Kesadaran ini akan menumbuhkan tenggung jawab untuk menjaga dirinya dari rayuwan dan gangguan orang lain. Sesudah itu tidak salah memperhatikan hal-hal yang bersifat dunia, yang memang secara fitrah disukai oleh setiap manusia.
            Rasulullah Saw. Bersabda :
Artinya : “wanita itu dikawin karena empat perkara, yaitu: hartanya, keturunannya, cantiknya dan agamanya. Tetapi pilihlah yang beragama islam agar kedua tanganmu (dirimu) selamat. (HR. bukhari dan Muslim)
            Dalam ajaran agama Islam, seorang lelaki dan perempuan tidak disalahkan (boleh) bila memilih pasangan dengan memperhatikan unsur kekayaan, kebengsawanan, kecantikan ddan kebutuhan biologis, tetapi Islam sangat menganjurkan untuk menjatuhkan pilihannya kepada perempuan yang beragama. Sebab kekayaan, kecantikan dan keturunan tidak bisa dijadikan dasar untuk membentuk wanta yang salehah. Rasulullah Saw. Menegaskan dengan hadis ini:
Artinya : “sesungguhnya perempuan itu dikawin karena agamanya, hartanya, dan kecantikannya, maka pilihlah yang beragama.”(HR. Muslim dan Tirmizi)
            Tetapi amatlah langka syarat-syarat diatas dimiliki oleh seorang wanita. Adakalanya wanita kaya raya, tetapi perasnya tidak menarik (cantic ) dan sebaliknya. Secara demikinan, lelaki Cuma memikai, lelaki Cuma memilih sebagian dari syariat-syariat di atas.
            Perkawinan berdasarkan pada penilaian kekayaan tidak bisa dijadikan alasan untuk membangun rumah tangga yang bahagia, kalua toh bisa, hanyalah sementara. Pada masa perkawinan memang kebahagiaan yang didambakan itu dapat dirasakan. Tetapi kenyataan hidup pun memberi pelajaran bagaimana sekiranya kekayaan ini menyusut? Di sinilah awal persengketaan terjadi, terutama jika tidak adanya keseimbangan antara kekayaan seuami dan istri. Penyesalan akan bermunculan dan terkadang disertai caci maki. Demikian ini sebenarnya sudah dijelaskan dalam hadis Nabi Saw.
Artinya : “ barang siapa kawin dengan wanita. Karena hartanya, maka Allah akan menjadikannya fakir. Barangsiapa yang kawin dengan wanita karena keturunannya, maka Allah akan menghinakannya, tetapi barangsiapa yang kawin dengan perempuan agar lebih bisa mendudukkan pndangan, membentengi nafsunya atau untuk menyambung tali persaudaraan, maka Allah akan memberikan barokah kepadanya dengan wanita itu dan kepada wanitanya diberikan barokah karenanya.” (HR. Ibnu Hibban)
            jika perkawinan hanya didasarkan karena kecantikan istri, maka kecantikan itupun tidak abadi, bahkan bisa menjadi sumber fitnah. Tidak jarang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, wanita-wanita cantic yang telah bersuami, ternyata di belakan suaminya berbuat serong lantaran banyaknya godaan dari lelaki hidung belang yang suka usil. Bujuk rayu yang sering menggelitik telinganya, karena wanita sifatnya lemah, bisa merambat pada perbuatan mesum dan penyelewengan. Kalua demikian yang terjadi dalam sebuah rumah tangga, dapatkah seorang suami bahagia?
            Nabi Saw. Bersabda :
Artinya : “jauhilah olehmu si cantic yang beracun!’ lalu seorang sahabat bertanyan: ‘Wahai Rasulullah. Siapa cantic yang beracun itu?’ Rasulullah Saw. Bersabda: ‘perempuan yang cantic, tatapi dalam lingkungan yang jahat.’ “ (HR. Daruquthni)
            Islam (dengan syariatnya) menganjurkan agar dalam pencarian jodoh tidak mempertimbangkan kecantikan semata, tetapi aspe salehah hendaklah dijadikan ukuran. Salehah dalam arti mematuhi agama dengan baik, bersikap luhur, memperhatikan hak-hak suaminya dan memelihara anak-anaknya dengan baik. Sifat seperti inilah yang seharusnya diperhatikan oleh laki-laki.
            Hadis Nabi Saw.
Artinya: “wanita yang terbaik adalah bila kamu melihat ia menyanangkanmu, bila kamu perintah mematuhimu, bila kamu berjanji diterimanya dengan baik, daan bila kamu pergi ia (bisa) memelihara dirinya dan hartamu. “ (HR. Nasai dan Lainnya)
            islam juga menganjurkan memilih calon istri yang masih gadis. Sebab gadis itu umumnya masih segar, sehinggan kelak menjadi istri akan lebih bisa memperkokoh perkawinan.
 Hadis Nabi Saw.
Artinya: “ ketika Jabir bin Abdullah akan kawin dengan seorang janda, Rasulullah Saw. Bersabda kepadanya: ‘Alangkah baiknya seorang gadis saja. Engkau dapat bergurau denganya dan iapun dapat bergurau denganmu.
            Memilih calonn istri yang baik menjadi idaman bagi setiap lelaki. Sebab pemilihan itu termasuk dasar kesukaan hidup suami istri. Di samping itu, istri adalah teman sejawat laki-laki, yang akan melahirkan anal-anak. Anak-anak yang baik akan dapat menyenangkan nama keluarga. Sebaliknya, anak-anak yang jelek akan menjadi “sampah masyarakat.”
            Rasulullah Saw. Bersabda
Artinya : “pilihlah oleh kalian untuk sperma-sperma kalian, kalian, karena sesungguhnya para wanita itu akan melahirkan anak-anak yang menyerupai saudara lelaki saudara perempuan mereka.”
            (HR. Ibnu ‘Ady dan Ibnu Asakir dari Aisyah)
Hadis di atas memberi petunjuk bahwa sifat-sifat orang tua, terutama istri, akan menurun kepada anak-anaknya. Istri itu ibarat tempat persemaian. Persemaian yang jelek dan tandus akan berakibat jelek, meski dari biji (suami pilihan). Akan tetapi tempat persamaian yang baik akan tumbuk tanaman (anak) yang baik pula. Rasulullah Saw. Memberikan petunjuk kepada umatnya agar sedapat mungkin menghindari diri dari wanita-wanita yang berbudi rendah.
            Demikian petunjjuk syariat Islam dalam memilih calon ostri. Karena istri tidak hanya sebagai penumpahan sperma-sperma saja, tetapi lebih jauh merupakan tempat menabur benih untuk memperoleh hasil yang baik.


0 komentar:

Post a Comment